Me Vs Maya

Me Vs Maya
my novel

emak lebay

emak lebay
curhat emak duoNa

Jurnal Sehat Emak

Jurnal Sehat Emak
Diet Sehat Ala Emak

Senin, 11 April 2016

Seorang Ibu Yang Homeless



Minggu kemarin saya ikut komunitas yang saya ikuti untuk sedekah nasi di sebuah kecamatan di kota saya tinggal.  Biasanya saya lebih suka support dibalik layar, entah ngurusi bungkus2an atau dll dsb.  Alesannya/  males bawa anak2, bisa rempong! hahahaha Emak-emak kurang ajar.

Agenda awal adalah menyerahkan satu paket berisi 1 porsi makan siang, akua gelas dan satu buah jeruk, kepada mereka yang kita pandang layak.  Sasarannya sebenarnya gelandangan, pengemis dan tukang becak.  Yahhhh tapi kadang ada bagi2an begini, mendadak yang kita temui di jalan jadi merasa berhak dapet bantuan semua heheu 100 paket makan siang pun bisa ludes dan tidak tepat sasaran kalau gak dikontrol dengan baik.

Okeh, back to topic.

Disaat kita datang ke taman di sebuah terminal, niat hati menyerahkan dua paket makan itu kepada seorang gadis balita dan ibunya.  Waktu mendekat, saya syok luar biasa.  Si ibu menggendong bayi yang tampaknya baru lahir dalam hitungan hari, dengan wajah bayi yang hitam tidak biasa dan kecil sekali.  Ketika meninggalkan si ibu dan bayi itu, rombongan kami tidak tenang.  Sehingga ketika paket nasi hampir habis, kami memutuskan untuk kembali ke bayi itu dan melakukan sedikit bincang2 plus kita saweran untuk memberikan sekedar sodakoh kepadanya.

Nama si ibu Suwarni, dan bayinya bernama Bintang,menurut pengakuannya berusia 1 mingguan.  Melahirkan di puskesmas gratis dan tidur hanya di pojok taman, jika hujan baru mencoba berteduh di emper toko dekat taman.  Baju-baju mereka hanya ditumpuk di keranjang tak jauh dari tempat mereka duduk, jika hujan, keranjang itu ditutupi dengan terpal seadanya.

Suwarni bukan penduduk asli kecamatan itu, bahkan dia dari kota tetangga.  Pergi dari kota asalnya karena berselisih paham dengan ibunya. Suaminya sudah lama meninggalkannya dan menikah lagi, dan pergi ke luar pulau.  Lalu siapa ayah Bintang?  Entahlah...saya hanya peduli dengan keadaan yang sangat tidak kondusif untuk bayinya dan kedua anaknya yang lain.

Suwarni memiliki 3 anak, yang sulung sudah sering ikut orang entah bekerja entah membantu ini itu, saya tidak bertemu dengannya saat itu.  Anaknya yang kedua, perempuan, berusia sekitar 3 tahun, bermain di sekitar ibu dan adik bayinya.

Pada saat melihatnya dan berbincang dengan Suwarni, saya merasa tertohok ulu hati ini.  Keadaan saya beribu-ribu jauh lebih beruntung dibanding dia.

Ya saat ini saya harus melangkah tanpa laki-laki tunggal yang mengayomiku lagi.  Tetapi dia setidaknya masih mau menghubungi anak-anaknya dan membantu finansial anak-anak meski belum maksimal (yang ini mencoba ikhlas ajah, rejeki anak-anak pasti darimana saja).

Ya saat ini saya seperti hanya melangkah dengan anak-anak saya saja, tetapi Insyaallah saya gak sampai homeless, tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit.  Anak-anak saya masih bisa terjaga dengan ibu yang super galaknya (hahahaha)

Ya saya sudah yatim piatu, tetapi saya memiliki banyak saudara dan teman yang masih mau menjadi tempat saya bersandar dan berkeluh-kesah.

See?  Betapa beruntungnya saya dibanding perempuan-perempuan seperti Suwarni.  Dan kenapa saya, kamu, kita yang ribuan kali lebih beruntung, meski dengan status yang sama, masih bisa berdiri dan memiliki rumah untuk kita dan anak-anak berlindung?

La Tahzan...mungkin dengan bertemu Suwarni-Suwarni yang lain, membuat kita bisa bisa terus-menerus bersyukur dan berbagi supaya Suwarni-Suwarni itu bisa sedikit berkurang bebannya

Suwarni dan Bintang, mungkin yang kemarin kami lakukan belum maksimal, semoga ada yang bisa membantu kalian lebih maksimal ketimbang kami. 

Maaf, bukannya aku egois dengan tidak maksimal membantu kalian, terutama untuk Bintang dan kakaknya.  Maaf....semoga kalian baik-baik saja

1 komentar:

  1. Kenapa ga diajak ke dinas sosial aja Mbak? Duh, semoga keadaan mereka lekas membaik, aamiin.

    BalasHapus