Me Vs Maya

Me Vs Maya
my novel

emak lebay

emak lebay
curhat emak duoNa

Jurnal Sehat Emak

Jurnal Sehat Emak
Diet Sehat Ala Emak

Senin, 27 Juli 2015

Aku Berharap Dia Mau Berubah

Seorang kawan, yang saya kenal dari Facebook. Awalnya dia order beberapa kue saya, kemudian kami bertemu karena saya harus mengantarkan orderannya. Dari sana kami jadi sering ngobrol dan sedikit banyak mulai tahu kehidupan rumah tangganya, dari cerita-ceritanya.

"Suami saya sering selingkuh," itu awal dia curhat.

Ha? "Dan kamu masih memaafkan?  Sering lho," kataku menanggapi.

Dia tertawa.  "Aku percaya, suatu saat dia sadar dan kembali kepada keluarganya," jawabnya mencoba bijak dan tegar.

Benarkah?

Sudah hampir dua tahun kami berkawan, dan "penyakit" suaminya tidak juga sembuh.  Malah makin menjadi-jadi, selingkuhan suaminya yang sekarang bahkan berani mencaci maki kawan saya ini.  Datang ke workshop kawanku dan menunjukkan kemesraan antara si perempuan itu dengan suami kawanku, di depan karyawan workshop milik kawanku ini.

Jujur, saya geregetan melihatnya.

"Ceraikan saja kenapa sih laki-laki gak penting itu.  Ini workshop lebih banyak kamu yang kelola, bahkan kamu masih kerja ke sana kemari.  Suamimu cuma nongkrong di sini, itu juga cuma lihat-lihat aja, kebanyakan yang kerja juga pegawaimu.  Dia cuma numpang hidup sama kamu, ngapain dipertahankan?  masih selingkuh lagi!" pernah suatu ketika aku bicara seperti itu.

Lagi-lagi dia tersenyum, "Masak kamu tidak yakin dengan kekuatan doa?"

Astagfirullahaladziem.  Jujur, untuk urusan keyakinan, saya jelas kalah jauh dibanding kawanku ini.  Dia lebih rajin ikut pengajian, berkeluh kesah kepada ustadz dan juga ibadahnya lebih khusyuk dibanding saja.  Karenanya saya cuma diam setiap dia bilang tentang "kekuatan doa" untuk "penyakit" suaminya ini.

Saya hanya meringis melihat sikap dia yang masih memberikan sedikit pengertian akan "hobi" suaminya yang aneh ini.

Berapa kali saya memergoki suami "dekat" dengan perempuan lain selain mahramnya dan saya meradang serta minta cerai (meski juga gak dikabulkan juga sama dia)?  Dan baru kali ini saya menemukan perempuan yang mudah memaafkan "penyakit" akut suaminya.

Dia pernah bilang.  "Saya intropeksi diri, kenapa suami saya suka sekali selingkuh."

"Lalu?"

"Saya mencoba mempercantik diri, seperti selingkuhan2nya."

"Saya mencoba patuh, dia minta saya tidak lagi menerima job tour ke luar kota."  Dia pemilik salah satu tour org di kota kami.

"Saya hanya diam di rumah, mengikuti inginnya."

"Lalu?  berhenti petualangannya sebagai don juan?"

Kawan saya tersenyum.  "Beberapa bulan ini dia sudah tidak lagi berhubungan dengan perempuan itu," katanya menyebutkan nama si selingkuhan suaminya.

Tetapi beberapa kemudian, "penyakit" si suami kambuh lagi.  Parahnya, si suami selingkuh dengan perempuan yang bekerja di ruko sebelah workshop mereka.  Maksudnya?  Gila kali ini lelaki?

Bahkan terang-terangan pergi di depan anak-anak mereka.  Buat saya, laki-laki ini sarap, gak patut dimaafkan, lebih baik dibuang ke laut.

Menurut kawan saya.  "Dia ayah anak-anak saya."

Edan, laki-laki apa yang tidak bisa menjaga perasaan anak-anaknya sendiri?  bahkan terang-terangan bawa iblis di hadapan anak-anak mereka?  Masih pantas disebut sebagai ayah oleh anak-anaknya?

Tetapi lagi-lagi kawan saya masih bersabar.

"Kalau saya jadi dia, sudah lama suaminya saya geret ke pengadilan agama, membawa sederet bukti supaya dia langsung menyetujui permintaan cerai saya.  Buat apa sih laki-laki macam itu jadi kepala rumah tangga saya?

Apa fungsinya sebagai pemimpin rumah tangga?

Jadi pencari nafkah utama?  Nyatanya kawan saya yang jungkir balik ngurusin workshop mereka

Jadi pendidik utama anak-anak?  Sholat enggak, ibadah kagak, malah selingkuh di depan anak-anak

Jadi pelindung istri?  Lah nyatanya selingkuh mulu kerjaannya, kalau lagi gak selingkuh dia membabat hutan bareng teman-temannya, off road.

Jadi pelindung anak-anaknya?  Nyatanya dia cuma berhura-hura bahkan selingkuh di depan anaknya.

Bahkan laki-laki itu tak pantas disebut manusia kalau menurut saya.

Tetapi lagi-lagi kawan saya masih bisa bersabar.  Dia hanya menangis dan mengadu kepada Allah AWJ, memperbanyak dzikir, makin giat ikut pengajian dan merengkuh anak-anaknya, supaya mereka tidak membenci ayahnya.

Wahai laki-laki, dengan perempuan seperti ini, masih saja kamu ingin menyakiti?

La Tahzan, kawanku.  Doaku selalu bersamamu, Allah AWJ pasti kasih kamu yang indah untuk kesabaran dan keikhlasanmu.  Lewat kamu pun aku belajar ikhlas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar