Me Vs Maya

Me Vs Maya
my novel

emak lebay

emak lebay
curhat emak duoNa

Jurnal Sehat Emak

Jurnal Sehat Emak
Diet Sehat Ala Emak

Minggu, 16 Agustus 2015

Perempuan, ASI itu hak anakmu



Beberapa hari yang lalu adalah World Breastfeeding Week atau pekan perayaan menyusui sedunia.  Tadinya saya tidak terlalu ngeh, karena saya sudah tidak menyusui dan tidak tergabung di komunitas menyusui lagi, sehingga berita ini terlewati oleh saya.

Kemudian ada sebuah postingan di sebuah blog tentang menyusui. Berbeda dengan tulisan yang support dan kampanye ASI, ini lebih ke kritik tentang perempuan yang bisa ngASI mengintimidasi yang gagal ngASI.

Well...buat saya menyusui bukan tentang intimidasi, pamer dan apalah yang gagal ngASI.  Menyusui sekali lagi, adalah hak dasar anak.  Jadi kalau ada yang kesannya "lebay" tentang ASI, sebaiknya yang menilai itu berdamai dengan dirinya, dan melihat dari sisi seorang ibu yang akhirnya mampu berjuang untuk memberikan hak dasar anaknya.

Saya juga menyadari, ada memang sedikit ibu yang tidak bisa menyusui, harus merasakan susah dulu baru bisa menyusui.  Atau melakukan segala cara, ASI tetap tidak keluar sama sekali. Ada juga sudah jungkir balik menyusui, ternyata ASInya belum bisa mensupport kenaikan BB bayi, sebagai salah satu indikasi bayi sehat.

Ada memang yang begitu, dan buat mereka, kita support untuk tetap bahagia dan mengasuh bayinya dengan penuh semangat, meski terpaksa tidak bisa ASI ataupun terpaksa harus ditambah dengan sufor.

Tetapi itu hanya 4-5% dari keseluruhan ibu melahirkan. Jadi selebihnya, seharusnya bisa menyusui, entah dengan cara mudah atau harus berjuang mati-matian.

Lalu mengapa seolah-olah banyak ibu yang gagal menyusui?  Persoalan paling dasar adalah psikologis.  Dan disinilah kita wajib bilang, La Tahzan perempuan, Allah selalu bersama kita jika kita mau berusaha.

Seorang teman online, kami sering mengobrol via chatbox.  Dua bulan yang lalu baru saja melahirkan.  langsung menyusui bayinya.  So far baik-baik saja, sampai kemarin dia mendapati kenyataan, bayinya tidak juga naik BBnya sampai usia anaknya 2 bulan.  Panik, jelas?  Karena dari yang dia yakini, bayi ASI selalu naik BB dan sehat. Untuk bayi, jelas salah satu indikasi bayi sehat adalah BB naik tiap bulan.  Dan selama 2 bulan bayinya tidak naik BB, jelas membuatnya risau.

Oleh dokter, mereka dirujuk ke rumah sakit.  Si bayi dianggap kurang gizi.  Maka pilihan ditambah sufor terpaksa diambil, meski si ibu tetap disupport memberikan ASI, minimal 40 ml. Yang ini lupa, 40 ml setiap hari atau setiap anaka menyusu.

Teman saya jelas down, kecewa, karena selama ini merasa ASInya baik-baik saja.  Mengapa ternyata tidak seperti itu?  Jelas dia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri.  Saat itu, kalau dia mau, dia bisa saja menyerah untuk memberikan sufor saja.  Toh nyatanya ASInya memang tidak menunjang kenaikan BB si kecil.

Tetapi pihak rumah sakit, keluarganya, dan dirinya sendiri tidak menyerah. Meski bayinya terpaksa ditambah sufor untuk mengejar kenaikan BB, si ibu tetap berusaha bisa meningkatkan produksi ASInya.

Saya mendengar ceritanya sampai termehek-mehek.  Buat saya, perjuangannya itu benar-benar luar biasa. Baby blues yang pernah saya alami, puting robek yang pernah kejadian pada saya, bahkan Grow Spout yang mengganggu saat saya menyusui dulu, gak adaapaa-apanya dibanding perjuangannya ini.

Yang dia perjuangkan adalah kejadian yang memang luar biasa, tetapi teman saya ini tidak menyerah.  Sungguh mengagumkan, luar biasa!

Lah Tahzan,perempuan. ASI adalah hak anakmu, berjuanglah untuk hak anakmu itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar